Feminisme Liberal pada Tokoh Utama dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu dan Novel Perempuan di Titik Nol
TUGAS
SASTRA BANDINGAN
FEMINISME LIBERAL PADA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU DAN NOVEL PEREMPUAN DI TITIK NOL KARYA NAWAL EL SADAWI
Laila Marni
15017041
PRODI SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
PENDAHULUAN
Perempuan dikenal makhluk yang menempati kelas dua (subordinasi). Hal ini disebabkan berbagai hal salah satunya perempuan tidak memiliki banyak kesempatan untuk berkarya, mengekspresikan dirinya, serta kesempatan yang kecil untuk menetapkan dirinya sebagai pemimpin. Namun, kini banyak gerakan yang digencarkan tidak oleh perempuan saja, tetapi juga dari kaum laki-laki. Penggerak ini dinamakan feminis.
Di Indonesia kaum feminis tidak hanya didominasi perempuan namun juga kaum lelaki seperti Pramoedia Ananta Toer. Gerakan feminis juga tergambar dari karya sastra Indonesia seperti novel Nayla buah karya Djenar Maesa Ayu. Dalam novel tersebut, Djenar mendeskripsikan apa-apa saja yang dialami oleh perempuan. Kekerasan fisik, mental juga digambarkan. Pelaku kekerasan tidak hanya kaum lelaki tapi juga perempuan itu sendiri.
Tokoh Nayla dalam novel Nayla mengalami kekerasan oleh ibu kandungnya, teman lelaki ibunya dan ibu tirinya. Bagaimana seorang perempuan menyuarakan ketidakadilan yang diperolehnya juga digambarkan oleh Djenar. Tokoh Nayla pada akhirnya menjadi seorang penulis yang menceritakn kejadian buruk pada dirinya dan ia dikenal. Di sini tampak bila seorang mampu memperjuangkan dirinya ia akan terlepas dari jeratan budaya patriaki.
Gerakan Feminis di Arab lain lagi. Novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El Sadawi, mengisahkan perjuangan seorang perempuan yang hidupnya berakhir di tiang gantungan. Nawal memilih tokoh Firdaus untuk menceritakan kejadian yang dialami perempuan di Arab. Karna karya sastra memiliki dua pandangan yang pertama gambaran masyarakatnya, kedua prediksi pengarang akan masa depan masyarakatnya. Inilah yang dituangkan oleh Nawal pada novelnya.
Sugihastuti dan Suharto, (2005:67) mengatakan bahwa perempuan hampir selalu merupakan tokoh yang dibela, korban yang selalu diimbau untuk mendapatkan perhatian. Namun, di dalam dua novel yang akan dibandingkan perempuan bukan lagi yang seperti yang dikatakan oleh Sugihastuti dan Suharto. Firdaus dengan perjuangannya yang ahirnya digantung juga Nayla yang menjadi seorang penulis. Ini bukti bahwa feminisme liberal sudah merasuk pada karya sastra yang ditulis dua penulis perempuan abeda negara ini.
KAJIAN TEORI
Liberal di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki pengertian bersifat bebas. Bila dikaitkan dengan feminisme yang mana feminisme ini adalah ideologi yang memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan baik dalam politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Feminisme liberal adalah kebebasan keseimbangan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara privat dan publik.
Feminisme liberal memberikan landasan teoritis akan kesamaan wanita dalam potensi rasionalitasnya dengan pria. Antara laki-laki dan perempuan tidak sibedakan dalam perannya pada politik, pekerjaan, atau hal lainnya.
Tokoh feminisme liberal yaitu Margaret Fuller, Harriet Martineu, Angelina Grimke dan Susan Anthony.
Dasar pemikiran feminisme liberal adalah semua manusia laki–laki dan perempuan diciptakan seimbang dan serasi, semestinya tidak ada penindasan satu dengan yang lainnya. Jadi,feminisme liberal diinspirasi oleh prinsip-prinsip pencerahan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai kekhususan. Secara ontologis keduanya memiliki hak yang sama.
Aliran ini juga mencakup 2 bentuk pemikiran politik yaitu Clasiccal Liberalism dan Welfare Liberalism; Classical Liberalis percaya bahwa idealnya, negara harus menjaga kebebasan rakyatnya, dan juga memberi kesempatan kepada individu-individu untuk menentukan kepemilikannya. Disisi lain, Welfare Liberalism, percaya bahwa Negara harus fokus akan keadilan ekonomi daripada kemudahan-kemudahan untuk kebebasan sipil.
SASTRA BANDINGAN
FEMINISME LIBERAL PADA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU DAN NOVEL PEREMPUAN DI TITIK NOL KARYA NAWAL EL SADAWI
Laila Marni
15017041
PRODI SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
PENDAHULUAN
Perempuan dikenal makhluk yang menempati kelas dua (subordinasi). Hal ini disebabkan berbagai hal salah satunya perempuan tidak memiliki banyak kesempatan untuk berkarya, mengekspresikan dirinya, serta kesempatan yang kecil untuk menetapkan dirinya sebagai pemimpin. Namun, kini banyak gerakan yang digencarkan tidak oleh perempuan saja, tetapi juga dari kaum laki-laki. Penggerak ini dinamakan feminis.
Di Indonesia kaum feminis tidak hanya didominasi perempuan namun juga kaum lelaki seperti Pramoedia Ananta Toer. Gerakan feminis juga tergambar dari karya sastra Indonesia seperti novel Nayla buah karya Djenar Maesa Ayu. Dalam novel tersebut, Djenar mendeskripsikan apa-apa saja yang dialami oleh perempuan. Kekerasan fisik, mental juga digambarkan. Pelaku kekerasan tidak hanya kaum lelaki tapi juga perempuan itu sendiri.
Tokoh Nayla dalam novel Nayla mengalami kekerasan oleh ibu kandungnya, teman lelaki ibunya dan ibu tirinya. Bagaimana seorang perempuan menyuarakan ketidakadilan yang diperolehnya juga digambarkan oleh Djenar. Tokoh Nayla pada akhirnya menjadi seorang penulis yang menceritakn kejadian buruk pada dirinya dan ia dikenal. Di sini tampak bila seorang mampu memperjuangkan dirinya ia akan terlepas dari jeratan budaya patriaki.
Gerakan Feminis di Arab lain lagi. Novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El Sadawi, mengisahkan perjuangan seorang perempuan yang hidupnya berakhir di tiang gantungan. Nawal memilih tokoh Firdaus untuk menceritakan kejadian yang dialami perempuan di Arab. Karna karya sastra memiliki dua pandangan yang pertama gambaran masyarakatnya, kedua prediksi pengarang akan masa depan masyarakatnya. Inilah yang dituangkan oleh Nawal pada novelnya.
Sugihastuti dan Suharto, (2005:67) mengatakan bahwa perempuan hampir selalu merupakan tokoh yang dibela, korban yang selalu diimbau untuk mendapatkan perhatian. Namun, di dalam dua novel yang akan dibandingkan perempuan bukan lagi yang seperti yang dikatakan oleh Sugihastuti dan Suharto. Firdaus dengan perjuangannya yang ahirnya digantung juga Nayla yang menjadi seorang penulis. Ini bukti bahwa feminisme liberal sudah merasuk pada karya sastra yang ditulis dua penulis perempuan abeda negara ini.
KAJIAN TEORI
Liberal di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki pengertian bersifat bebas. Bila dikaitkan dengan feminisme yang mana feminisme ini adalah ideologi yang memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan baik dalam politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Feminisme liberal adalah kebebasan keseimbangan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara privat dan publik.
Feminisme liberal memberikan landasan teoritis akan kesamaan wanita dalam potensi rasionalitasnya dengan pria. Antara laki-laki dan perempuan tidak sibedakan dalam perannya pada politik, pekerjaan, atau hal lainnya.
Tokoh feminisme liberal yaitu Margaret Fuller, Harriet Martineu, Angelina Grimke dan Susan Anthony.
Dasar pemikiran feminisme liberal adalah semua manusia laki–laki dan perempuan diciptakan seimbang dan serasi, semestinya tidak ada penindasan satu dengan yang lainnya. Jadi,feminisme liberal diinspirasi oleh prinsip-prinsip pencerahan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai kekhususan. Secara ontologis keduanya memiliki hak yang sama.
Aliran ini juga mencakup 2 bentuk pemikiran politik yaitu Clasiccal Liberalism dan Welfare Liberalism; Classical Liberalis percaya bahwa idealnya, negara harus menjaga kebebasan rakyatnya, dan juga memberi kesempatan kepada individu-individu untuk menentukan kepemilikannya. Disisi lain, Welfare Liberalism, percaya bahwa Negara harus fokus akan keadilan ekonomi daripada kemudahan-kemudahan untuk kebebasan sipil.
Komentar
Posting Komentar