Si Ulat Bulu

f: Google

            Aku anak yang terlahir dari keluarga petani. Biasa bersahabat degan tanah, lumpur, hujan dan hama-hama yang berkujung pada tanaman di kebunku. Namun suatu hari, aku sangat tidak menyukai binatnag kecil bertubuh lunak, apalagi dengan bulunya yang mampu membuat tanganmu bergerak kesana-kesini menghilangkan rasa gatal.
            Ya, ulat bulu itu pernah hijrah ke kebun ayah yang tak luas. Mula-mula hanya sedikit yang dimakan. Daun-daun mulai berlobang. Mereka berkembang biak dengan cepat hingga tak ada yang dapat dipanen. Semuanya meranggas dan aku marah, mengutuknya. “Tak usah mengutuk, Nak bukan rezeki kita tahun ini.” Ibuku mencoba menyabarkanku.
            Apa guna ulat bulu diciptakan bu? Hanya menyisakan kenangan buruk. “Tidak nak, darinya kita belajar arti kesabaran, arti perjuangan dan arti bertahan. Kamu tahu kenapa ia bisa berubah menjadi kupu-kupu cantik yang awalnya dia begitu terlihat tidak enak dipandang mata.” Kenapa Bu? “Karna ia mau berpuasa, bertahan dari cuaca panas dan dingin sabar menunggu hingga kepompongya pecah menjadi kupu-kupu.

Komentar

Posting Komentar