Debu menyelimuti rasa yang kini tuli sebab para singa-singa hutan
melahap rusa-rusa tanpa ibu, melahap sampai tiada bekas, tinggal beberapa tetes
darah kian usang perlahan hilang.
Debu itu kian lama menjadi pekat, angin kehilangan tenaga tiupan-tiupan,
layaknya setetes air yang jatuh di derasnya sungai waktu.
Denyut jantung meradang, jika debu itu saling berpeluk bagai semen
dengan air, musnahlah cita-cita cahaya untuk sekadar mengintai rasa.
Wahai singa ! perut laparmu, bayi-bayimu tak merengek , nyenyak
berselimut cintamu, dengarlah! Mereka bayi-bayi kijang yang terkena busung
lapar berbadan kurus berperut buncit, mereka yatim dan hanya menghitung detik
menjadi tanah, lupakah engkau raja hutan? Tanah itu adalah tempatmu kembali
jua.
Padang,
19 April 2016
Pernah terbit di buku antologi puisi bersama yang diadakan oleh Facebook

Komentar
Posting Komentar