Adakah
yang lebih setia dariku. Menunggu hinggasenja bertamu. Semenjak pertama aku
hadir dihidupmu, masih di tempat yang sama aku enggan melangkah. Bukan karna
aku tak punya kaki atau tak bisa melakukannya, namun karena hati berkata tidak
mau. Atau benar kata mereka aku hanya rak sepatu.
Besahabat dengan debu yang tak
segaja terbawa oleh sepatu tuamu. Inilah aku rak sepatu yang bertekad kuat jadi
sahabat sampai aku tak berbentuk dimakan usia. Ah jangan tanyakan soal
kesetiaan karna semua memiliki cara
tersendiri untukmegungkapkannya.
Idiologiku hanyalah lawan gerak.
Menerima debu yang dibawa sepatumu setiap hari. Semakin lama wajahku yang dulu
mulus dipenuhi noda. Aku tak seindah pertama lagi, sekian tahun tubuhku mulai
retak dan suatu hari tulang-tulangku patah satu persatu. Bukan keropos ataupun
penyakit tulang lainnya. Perlahan satu persatu bagian tubuhku rusak dan kamu
memilih untuk mengantarkanku pada tempat
yang menjadi hantu bagiku.
Kini ingatanku melayang pada masa
kau membawaku dengan wajah yang sumringah. Kau meletakkanku di dekat pintu. Merasakan
hembusan angin kadang rinai hujan ikut basahiku. Tak ada yang mengerti suara gigilku
tak apa... kini usiaku sudah senja. Berteman dengan barang-barang tak berdaya
lainnya.

Jadi ingin bersahabat dengan rak sepatu Lail. Idiologi (ideologi). Tulisan Lail meski pendek setidaknya memberi pamahaman yang berbeda tentang rak sepatu. Suatu waktu, aku ingin mengunjungi rak sepatu di rumah, bertanya, Apa Kabarmu Kawan???
BalasHapushahaha.... makasih kak sudah mampir dan membaca :)
BalasHapus